Lingua Franca



Illustration by Saai




Oleh Muhammad Natsir Tahar


Semua kontak dagang antara bangsa dan segala urusan perniagaan harus dilakukan di kota Malaka. Siapapun yang mengusai kota Malaka pasti bisa mengalahkan kehebatan Venesia.

Hal ini disebut seorang Duta Besar Portugal bernama Tome Pires pada 1515 dalam karya besarnya berjudul Suma Oriental. Ketika jurnal ini ditulis, Venesia sedang redup dan berakhir sebagai museum sejarah oleh gelombang politik tak tentu. Sejak 1050 Venesia telah berkembang dalam satu abad yang cepat menjadi kota sebesar Paris dan tiga kali lebih besar daripada London.

Menurut James A Robinson (2012), pada 1082 Venesia memiliki hubungan dagang yang sangat erat dengan Imperium Ottoman (Usmani), yang dalam waktu singkat di Konstantinofel (Turki) telah dibangun pemukiman Venesia yang dihuni 10 ribu warga. Venesia lalu melejit menjadi penguasa tunggal perdagangan rempah, budak dan manufaktur berkualitas tinggi di sebentang Mediterania.

Kita dapat mengatakan bahwa Venesia, Konstantinofel dan yang termuda Malaka, adalah negeri-negeri jaya di masa lalu. Bila laju sejarah bergerak secara linier, maka ketiga kota ini akan berada di puncak peradaban dunia. Dapat dibayangkan seberapa besar dan sibuknya Malaka ketika itu, sehingga Tome Pires menyebutnya bisa mengalahkan Venesia yang sebesar Paris.

Malaka adalah negeri yang paling dirindu pada Abad Pertengahan. Sebelum disebut-sebut, selain Ibnu Batutah dari Maroko yang menjangkau Samudra Pasai (1345), hanya Marco Polo pada 1292  -kebetulan orang Venesia- yang sempat bersinggungan dengan Malaka ketika menyusuri Jalur Sutra menuju Tiongkok. Bartolomeus Diaz seorang penjelajah Spanyol hanya sampai ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan pada 1488. Sedang armada Portugal Vasco da Gama hanya bertapak di India pada 1498.

Malaka adalah bandar etalase rempah. Tujuan utama misi Eropa sebenarnya adalah hulu rempah dunia yakni Maluku dan Kepulauan Banda. Hanya Dinasti Ottoman yang memiliki akses ke sana, lalu menjadikan Malaka sebagai pangkalan dagang Asia dan Venesia untuk Eropa.

Begitu kekuasaan Ottoman berakhir, Eropa memutuskan untuk mencarinya sendiri. Armada pencarian rempah pun dimulai. Alfonso de Albuquerque dari Portugal berlayar ke Timur, tapi Christoper Columbus dari Italia -dengan doktrin bumi bulat- memulai pelayaran ke Barat.

Columbus tiba di Amerika pada 12 Oktober 1492 dan sepanjang hayatnya menduga bahwa Amerika adalah Malaka atau Kepulauan Rempah. Ia didanai Ratu Isabella dari Kastilia Spanyol setelah sang ratu berhasil merampas Andalusia dari imperium Ottoman. Sementara Alfonso tiba di Malaka pada 1511 dan merampas daulat Sultan Mahmud Syah.

Di Malaka lah bahasa Melayu pesisir menjadi lingua franca. Selain sebagai kota kapitalis klasik, Malaka sekaligus segitiga antara India dan Tiongkok. Jika bangsa India dan Tionghoa bertemu, mereka akan berbicara dalam bahasa Melayu. Bila kini Bahasa Inggris sebagai lingua franca berlaku masif di lintas lima benua, dahulu berlaku secara regional, kawasan Asia Tenggara dipegang oleh bahasa Melayu.

Pada abad renaisans bahasa Yunani dan Latin klasik adalah bahasa ilmu sekaligus lingua franca. Bahasa Portugis pula sempat menjadi lingua franca yang kejam sepanjang pantai Selatan Afrika, India, Asia Tenggara sampai Jepang.

Sejak abad ke-7, bahasa Melayu sudah mulai menjadi lingua franca, bahasa pergaulan, dagang dan misi dakwah, menyudahi lingua franca Sangskerta (bahasa Indo-Eropa tertua). Bahasa Melayu mendampingi bahasa Arab yang menjadi lingua franca di seluruh imperium Ottoman. Bahasa tulis Melayu menggunakan aksara Arab, sebelum huruf Latin datang lewat misi rempah. Ada yang memperkirakan 2.000 hingga 3.000 kosa kata Arab telah dimasukkan ke dalam bahasa Melayu, namun hanya 10 % sampai 15 % saja yang populer.

Sampai akhirnya Britania Raya menjadi polisi dunia klasik, mencapai rekor tanah jajahan terbanyak. Dari sinilah kemudian bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar dunia. Inggris tidak sendiri, begitu Amerika Serikat bertekad sebagai propagandis terbesar dalam satu abad terakhir, bahasa Inggris sudah tak terhentikan. Skill bahasa Inggris secara aneh bahkan menjadi ukuran kecerdasan seseorang.

Dari Peter L Patrick dari Universitas of Essex (2014) disebutkan, lingua franca berasal dari bahasa Latin yang artinya bahasa bangsa Franca. Adalah sebuah istilah linguistik sebagai bahasa pengantar atau bahasa pergaulan di suatu tempat di mana terdapat penutur bahasa yang berbeda-beda.

Negeri Franca (Latin: Francia) atau Kerajaan Orang Franca menurut Sönke Lorenz (2001), adalah kerajaan barbar pasca-Romawi terbesar di Eropa Barat yang diperintah oleh orang Franca pada penghujung Abad Kuno dan permulaan Abad Pertengahan. Mereka memiliki bahasa Franca kuno dan Latin yang pernah mendominasi wilayah Eropa Barat.

Bagaimana masa depan bahasa Melayu sebagai lingua franca dunia? Pada 6 November 2019 di Kampus Universitas Negeri Surabaya, Forum Dewan Guru Besar Indonesia (FGBI) menandatangani Deklarasi tentang Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Ilmiah Internasional.

Dalam forum tersebut terungkap sejumlah fakta bahwa Bahasa Indonesia telah memenuhi persyaratan sebagai bahasa internasional karena sudah diajarkan di 45 negara. Memiliki kosa kata lebih dari 100.000 dan istilah keilmuan dari berbagai disiplin ilmu, dituturkan 267.000.000 orang. Selain itu Bahasa Indonesia dipahami oleh jutaan orang dari berbagai negara terutama di kawasan ASEAN.

Deklarasi yang berbunyi “Kami Ilmuan Nusantara bersepakat dan berjanji untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmiah internasional” ditandatangani oleh Prof. Kamaruddin M. Said (Malaysia), Endina Asri Widartama, BBA (Singapura), Ass. Prof. Siriporn Maneechukate (Thailand), Prof. Mursalim (Ketua FDGBI Indonesia), Prof. Koentjoro (Dewan Pakar FDGBI) dan Prof. Setya Yuwana (Unesa).

Barometer lingua franca adalah tingkat keterpakaiannya. Jika di negeri ini saja bahasa Indonesia dituturkan oleh 267.000.000 orang (jumlah populasi Indonesia), maka bahasa Indonesia adalah lingua franca di Asia Tenggara abad ini. Dan hulu sejarah lingua franca ini berada di balik nama besar Raja Ali Haji (RAH) dari Kerajaan Riau Lingga.

RAH mendapat gelar Pahlawan Nasional sebagai pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa Melayu lewat buku Pedoman Bahasa, buku yang menjadi standar bahasa Melayu. Bahasa Melayu standar itulah yang dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia. ~MNT

Comments