Barbary Corsair - Bajak Laut di Pesisir Melayu



Oleh Muhammad Natsir Tahar

Masalah bajak laut yang mengancam pelayaran dunia sejak lama sudah berkosentrasi di Selat Malaka. Selat yang sempit antara Indonesia dan Malaysia itu merupakan jalur pelayaran dunia yang penting namun terkenal dengan aksi para bajak laut.
Aktivitas bajak laut biasanya meningkat berkisar antara bulan April dan September setiap tahunnya. Karena kondisi laut dan arah angin cukup bersahabat sehingga memudahkan mereka melancarkan aksi. Daerah yang cukup rawan sejak dulu terkenal di kawasan Tanjung Jabung, Jambi.
Ratusan kapal, umumnya berupa tanker minyak dan kapal barang melintasi Selat Malaka saban hari. Dan selama berabad-abad, selat ini menjadi satu-satunya pintu gerbang utama untuk pelayaran menuju ke kawasan timur Nusantara. Tak ayal, laut Kepulauan Riau yang menyatu dengan Selat Malaka, juga menjadi sasaran empuk para bajak laut. Meski bentuk fisik mereka tidak seangker para bajak laut dalam karya fiksi, namun keberadaannya tetap menjadi catatan kelam dalam sejarah para pelaut.
Dalam kisah legenda tentang bajak laut, Barbary Corsair - sebuah istilah untuk para tokoh bajak laut terkenal dari Afrika Utara - kerap menyerbu kapal-kapal di daerah Mediterania antara tahun 1520 hingga 1530. Corsair yang paling terkenal adalah Barbarossa Brother dan Occhiali. Tokoh lagendaris bajak laut lainnya adalah Sea Dogs, merupakan bajak laut seperti Sir Francis Drake, yang secara rahasia ditugaskan oleh Ratu Elizabeth I untuk menyerang kapal-kapal Spanyol, musuh-musuh mereka di perairan Karibia.
Di Samudera Hindia terdapat bajak laut seperti William Kidd dari Madagaskar. Di perairan Bahama, ada "Calico Jack" Racham dan para bajak laut wanita, seperti Anne Bonny dan Mary Read. Bajak laut yang paling terkenal kejahatan dan kesadisannya sepanjang masa adalah Blackbeard atau Si Janggut Hitam yang bernama asli Edward Teach. Blackbeard selalu muncul dengan gaya khasnya, yaitu kembang api menyala yang terikat pada jenggot hitamnya yang lebat.
Kematian Blackbeard sangat tragis. Kepala tanpa badannya digelantungkan di atas layar kapal kebesarannya, setelah ia beserta para pengikut-pengikutnya lumat dalam pertempuran hebat melawan armada laut Inggris.
Secara umum bajak laut sering divisualisasikan sebagai tokoh seram bermata satu, memakai topi lebar hitam bergambar tengkorak dan sebelah tangannya ditukar dengan kail pancing.
Saking melegandanya kisah bajak laut ini, banyak rumah produksi film mengangkat kisah-kisah mereka, salah satunya adalah film kolosal Sinbad. Namun sejak zaman pertengahan, aneka macam karya fiksi Eropa dan Amerika lebih biasa menggunakan nama Barbarossa untuk menyebut karakter penjahat yang identik dengan seorang bajak laut berdarah dingin.

Makna negatif Barbarossa yang artinya si janggut merah terus dipropagandakan hingga zaman sekarang, meski di dalam setting-setting yang berbeda. The Barbarossa Brother sejatinya adalah dua bersaudara Khairuddin dan Aruj asal Turki. Mereka adalah dua mujahid Muslim yang terfitnah sepanjang masa karena membalas penaklukan Andalusia, sebuah kota Islam berperadaban tingkat tinggi yang mulai mencapai kejayaan pada abad VIII Masehi.
Dalam komik Asterix atau film Box Office Pirates of The Carribean yang dibintangi Johnny Deep dan Keira Knightly itu, aksi Barbarossa selalu dimunculkan secara antagonis. Semua kejayaan para bajak laut tersebut telah berakhir secara dramatis. Yang tersisa hanya gangguan-gangguan di titik-titik tak terdeteksi di tengah samudra seperti para bajak laut Somalia.

Sedangkan bajak laut-bajak laut Melayu yang hilir mudik di Selat Melaka nyaris tak tertumpaskan. Orang setempat menyebut mereka sebagai lanun. Menurut historis, karena gangguan para lanun itu pulalah ibukota kota Kesultanan Riau Lingga berpindah dari Kota Piring ke Daik Lingga. ~MNT

Comments