Hikayat Kampung Jodoh, Batam


Ilustrasi: https://mystone.dk


Oleh Muhammad Natsir Tahar

Menurut histori, Jodoh adalah tanah pertarungan. Tempat ini pertama sekali diberi nama Jodoh pada saat berada dalam kekuasaan Raja Muhammad Yusuf (1858 – YDMR X) yang berpusat Kampung Melayu. Dengan persetujuan raja, Jodoh dijadikan arena pertarungan antara Hulu Balang Melayu yang berasal dari Galang Ladi dengan pelaut-pelaut Bugis. Hingga terjadi perseteruan antara Panglima Ladi bernama Awang Sandang dengan Panglima Sampit dari Sulawesi.
Perseteruan memuncak ketika Panglima Sampit berjaya mempersunting Puteri Mayang yang mulanya adalah kekasih Awang Sandang. Mereka sepakat bertarung mati-matian, namun segera dapat dilerai sehingga perjodohan antara Panglima Sampit dengan Puteri Mayangpun berakhir di pelaminan.

Awang Sandang menaruh dendam kesumat dan merencanakan pemberontakan. Sampai akhirnya ia dan pasukannya berhasil menguasai Jodoh dan membunuh raja. Awang Sandang pun membawa lari Puteri Mayang. Ia sempat melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap Puteri Mayang sehingga kekuatannya menjadi sirna. Kemudian dengan mudah ia dapat ditewaskan oleh Panglima Sampit.
Kini tidak ada lagi perkampungan pesisir bernama Jodoh. Jodoh lama, ibarat gadis buruk rupa yang tak pandai bersolek. Ia harus rela binasa jadi arang dan digantikan dengan Jodoh baru. Jodoh baru itu Ibarat gadis pesolek yang tak segan bergelayut manja di lengan lelaki pemetik bunga.
Sejarah menjadi tampak sangat naif ketika akhir dari semua itu tidak baik-baik saja. Kampung kumuh dimusnahkan dengan maksud menata dan memperindah kota, tapi nyatanya tapak-tapak yang terbakar itu lebih banyak menjadi tempat wanita malam melakukan transaksi syahwat bergelimang ekstasi. ~MNT

Comments