Metropolis Embrio, Batam Awal 90-an




Oleh Muhammad Natsir Tahar

Sudah menjadi adat dunia, di mana hidup dapat digantung di situ pula harapan akan ditumpu. Tidak hanya melalui surat kabar atau teve, dari mulut ke mulut pun kabar tentang Batam yang memesona dengan Dolar Singapura-nya tersebar luas serata negeri.
Maka berduyun-duyunlah orang hijrah ke Batam. Jalur Pelni pun dibuka di pelabuhan yang semestinya hanya difungsikan sebagai bongkar muat barang. Beribu-ribu orang tiap minggu turun di pulau ini dan siap berperang dengan nasib.
Ada yang datang bersenjata lengkap berupa ijazah SD sampai sarjana, segulung sertifikat, pengalaman kerja dan modal uang untuk berdagang, namun lebih banyak yang hanya seperti bonek mania bola yang tak punya ongkos pulang. Pelan-pelan konsep Batam sebagai FTZ mengalami disorientasi.
Sampai awal 90-an, Batam sudah berwujud kampung besar yang kontemporer. Meski modern dan dibangun dengan konsep masterplan yang futuristik, di sana-sini aroma kampung yang dibawa dari seluruh pelosok nusantara tak dapat ditutupi. Batam ketika itu ibarat metropolis embrio yang tengah mencari bentuk namun bertumbuh secara anomali, begitu gegas.
Pada malam hari, dentuman musik makin riuh terdengar. Bak kota berjuluk the city never sleep, sarana hiburan mulai dari diskotik, pub, karaoke, cafe life music, massage center sampai disco dangdut hidup sampai subuh. Industri hiburan terus berdenyut mendampingi industri perakitan elektronika, perkapalan dan perdagangan.
Batam mengalami kejut budaya. Orang kampung yang dulu pada malam hari terbiasa mendengar bunyi jangkrik dan burung hantu, sekarang dapat mendengar hiruk pikuk kenderaan roda empat, musik disco sampai cekikikan lady escort yang tak jauh dari rokok dan alkohol.
Bicara hiburan malam, maka di dalamnya sebuah persekongkolan jahatpun berlangsung semena-mena. Hiburan malam ditunjang oleh bisnis prostitusi, judi dan ekstasi. Sangat jarang wanita malam didatangkan secara baik-baik, karena yang terjadi adalah praktik human trafficking.

Wanita-wanita muda ditipu untuk diperkerjakan di negeri jiran. Mereka ditarik dari kantong-kantong kemiskinan dari Jawa, Sumatera dan Kalimantan dengan muslihat jahat, lalu dipersembahkan hangat-hangat ke penikmat daun muda. ~MNT

Comments