Oase dalam Kelelahan Indonesia

Ilutrasi: www.istockphoto.com


Oleh Muhammad Natsir Tahar

Saya membuka tulisan ini dalam wacana otokritik, bahwa jauhnya sebagian besar orang Indonesia dari kegiatan literasi menyebabkan penerimaan sepenuh-penuhnya kepada televisi sebagai kanal informasi publik. Terus terang saya menulis blog ini dalam kebimbangan. Adalah tingkat kemalasan aktivitas literasi rakyat Indonesia sedikit banyak membuat saya kadang-kadang terseret arus: lengah dari perihal terkait tulis baca. Jikapun kemudian selesai ditulis, lalu pembacanya akan sebanyak apa?
Kita adalah bangsa penonton yang seringkali alfa dan malas menelaah. Akibatnya bisa fatal ketika seseorang yang entah dari mana, bisa saja menjadi idola baru layar kaca tanpa melalui proses standarisasi apapun selain tingkat kesukaan publik. Ketika apa yang dilihat begitu saja diyakini sebagai realitas, maka semua kepentingan banyak pihak dapat didiktekan kepada rakyat melalui visualisasi layar kaca.
Sekarang ini kita sedang berada dalam spektrum demokrasi maha penting, memilih Kepala Negara. Di ambang petang pada 9 Juli 2014 nanti, setidaknya kita sudah dapat meraba siapa gerangan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang baru. Rakyat kali ini seolah mutlak menjadi ownership demokrasi, tapi kepemilikan penuh itu sejak awal sudah dikacaukan oleh fenomena gagal telaah. Sebagian rakyat Indonesia sudahpun meneguhkan pilihannya atas pesona panggung televisi, sekaligus mempercayai stigma masa lalu yang tak tercerahkan.
Bahwa negeri ini harus disadari telah sejak lama tersandra oleh hegemoni asing dan orang dalam sendiri dari kalangan pemburu rente dan jongos. Neokolonialisasi dan neolieberalisasi itu nyata, meski dibungkus dengan kesopanan dan kidung nina bobo. Sebagai bangsa penonton dan pemakan (oleh gairah konsumerisme via televisi), jelas hanya sedikit dari kita yang melihat hal ini sebagai suatu problema serius.

Kita adalah bangsa yang sedang dihisap kekayaannya sedangkan rakyat penghuni bumi Indonesia selalu tepat berada pada garis kemiskinan bahkan lebih banyak di bawah garis itu. Kita adalah bangsa yang lelah, setelah hampir 70 tahun merdeka, masalah paling elementer bangsa ini tidak pernah selesai, bahkan berputar seperti roda hamster. Alih-alih meratapi getirnya kehidupan, ajaibnya kita kembali lagi dan lagi dalam ekstase suguhan televisi tanpa suatu proses dialektika hingga terlelap.

Saya kemudian melihat oase, ketika Prabowo Subianto tampil di kancah politik Indonesia dengan usungan penyelamatan marwah ekonomi Indonesia. Inilah dia yang saya tunggu-tunggu sejak lama dari sekian banyak pemikir-pemikir anti neolib yang setengah hati atau teralienasi oleh sistem. Ekspektasi saya begitu tinggi kepada patriot ahli strategi ini untuk segera menutup rapat-rapat kotak pandora yang sudah lama menyerongkan mindset dan cara bertindak bangsa kita.
Saya yakin Prabowo tidak akan bermain ekstrem untuk gegabah mengibarkan bendera ekonomi kerakyatan itu secara serta merta tapi pelan-pelan akan menahan lajunya arus neoliberalisasi untuk diseimbangkan dengan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Inilah cara yang paling elegan untuk tidak mengusik tatanan yang sudah dibangun.
Prabowo mewacanakan Enam Program Aksi Transformasi Bangsa yang poinnya adalah membangun kekuatan ekonomi, kedaulatan pangan dan energi, peningkatan kualitas pembangunan manusia Indonesia, infrastruktur dan kelestarian lingkungan hidup serta membangun pemerintahan yang bebas korupsi dan sistem kepemimpinan yang efektif.

Apa yang menjadi aspirasi saya dan aspirasi segenap anak bangsa, sejatinya sudah terjawab dalam enam program aksi ini. Jika hal ini dijalankan secara gradual dan terukur di masa kepemimpinannya kelak, maka Indonesia akan benar-benar kembali bangkit menjadi Macan Asia.
Bersama Hatta Rajasa, seorang teknokrat yang sangat berpengalaman dan tingkat pencapaian yang sudah terbukti, sinergi keduanya diyakini akan mempercepat mesin ekonomi Indonesia untuk tinggal landas menjadi bangsa besar, yang kebutuhan dasar hingga kebutuhan hidup layaknya akan dipenuhi langsung dari bumi Indonesia yang melimpah ruah.
Prabowo - Hatta saya imani akan mengembalikan kepercayaan diri bangsa Indonesia yang selama ini lelap dalam kidung nina bobo, yang meletakkan pencapaian tertingginya menjadi ahli ini dan itu untuk kemudian bekerja sebagai staf di perusahaan multi nasional milik asing yang sedang menghisap kekayaan Tanah Airnya.

Inilah esensi perubahan sikap mental untuk kembali meneguhkan paradigma tentang kesejatian Indonesia sesungguhnya seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini. Meski sudah terlanjur digerogoti, paling tidak kita sama-sama diajak untuk memahami perspektif utopis Bung Karno yang berbunyi: "Biarlah kekayaan alam kita tersimpan sampai nanti putra putri Bangsa ini mampu mengolahnya sendiri". Bersama Prabowo-Hatta remah-remah berserakan dari ganasnya mesin neo imperialis itu akan kita pungut demi kebangkitan Indonesia yang lebih nyata.
Ekonomi Kerakyatan yang terus menerus diwacanakan Prabowo meniscayakan munculnya embrio-embrio unit usaha yang langsung berasal dari rumah-rumah rakyat Indonesia, di samping tetap mengkatrol pertumbuhan ekonomi nasional oleh sektor korporasi pada level tertentu guna memenuhi penyerapan tenaga kerja baru yang mendesak pemenuhannya.

Hal ini pula akan disinkronkan dengan konsep Hattanomics milik Hatta Rajasa yang mensyaratkan proteksionisme, restriksi perdagangan dan pembatasan modal asing. Dalam tataran teknis, tiga hal itu sudah terjewantahkan dalam kebijakan renegosiasi kontrak karya, pembatasan saham asing di pertambangan, dan pengenaan pajak impor barang tambang pada kabinet Soesilo Bambang Yodhoyono.
Dari beberapa kali Debat Capres, Prabowo Hatta selalu mampu memposisikan dirinya secara layak sebagai pemimpin Indonesia masa depan. Sikap seorang negarawan yang visioner, komprehensif, taktis dan langsung menyentuh akar persoalan bangsa menjadikan swing voter dari kalangan terdidik jatuh hati pada mereka. Prilaku untuk tidak mendiskreditkan rival politik serta dengan bijaksana untuk mengambil air jernih dari yang keruh dalam sistem kepemimpinan periode sebelumnya adalah sikap pemimpin ideal untuk saat ini.
Yang tidak kalah pentingnya dari semua ini adalah, dunia Internasional yang tentunya sudah membaca rekam jejak Prabowo sebagai seorang patriot dengan rasa nasionalisme sekeras baja akan berhati-hati untuk bersinggungan secara teritorial pada kedaulatan Indonesia. Indonesia yang maju dan berwibawa insyaAllah akan segera terwujud. Prabowo - Hatta adalah Oase di tengah kelelahan rakyat Indonesia. ~MNT
INDONESIA PUSAKA
Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa
Reff :
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata
Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya
Reff :
Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi

Karya: Ismail Marzuki

Comments