Negeri Deadlock




Oleh Muhammad Natsir Tahar

Mengapa negeri sebesar dan sekaya ini tak pernah cukup untuk meluluskan semua keinginan – keinginan? Sepertinya tidak ada yang ingin berdamai untuk satu tujuan yang jauh lebih besar: aman sentosa dan maju bersama. Pemihakan – pemihakan adalah contoh absolut dari kurang tingginya akal budi. Netralitas dan penuh nasehat adalah kebalikannya. Aman sentosa dan maju bersama, begitu sulit dihadirkan oleh bangsa yang tak pernah dewasa. Mereka telah menjadikan negeri ini deadlock.

Adakah tujuan bernegara selain itu? Misalkan kita telah sepakat tanpa kecuali untuk menuju sebuah negeri utopia dan tidak ada tujuan lain selain itu, lalu mengapa sepanjang tujuan itu kita bertingkah seperti balita bergigi susu yang berebutan gula – gula.

Atau seperti kucing Tom dan tikus Jerry. Anak – anak sekali. Atau adakah yang tidak satu tujuan namun berada di kapal yang sama? Mereka sengaja menjadi penumpang gelap untuk membelokkan kapal ini ke pusaran gelombang besar kemudian menyaksikan kehancurannya. Adakah yang sejahat itu? Jika ada kenapa masih dibiarkan hidup? Harusnya diikat beramai-ramai.

Kita tak pernah ingin mengambil jalan bersahaja, sepertinya semua urusan harus ditebus dengan kerumitan penuh tikai. Semua anasir – anasir kebaikan mestinya dikumpulkan beramai - ramai di satu tempat, dan semua anasir – anasir keburukan disingkirkan beramai – ramai pula.

Sesederhana itu, tapi itu tidak dilakukan. Padahal kita semuanya manusia berakal budi, belum ditemukan makhluk Pluto di negeri ini. Pada zaman serba batu model – model begini masih dimahfumi, tapi sekarang manusia sudah menuju alam kosmo. Manusia akan super cerdas, dengan demikian super pula akal budinya.

Pemimpin mestinya untuk semua, dan rakyat mestinya untuk satu pemimpin. Jika pemimpin memakai telunjuknya untuk sepihak rakyat dan meniadakan sisanya, maka tidak ada alasan itu dia menetap di situ.

Demikian juga rakyat, jika tujuannya hanya untuk memusuhi pemerintah, saban waktu menunjukkan pembangkangan membuta tanpa solusi, harkatnya hanya pengacau. Sebagian lagi menjadi tukang tegak benang basah. Mereka menganggap pemimpin mereka selalu benar, pemimpin mereka malaikat tanpa sayap. Pemimpin dan dua jenis rakyat macam ini akan dicatat sebagai noktah hitam sejarah.

Kita punya siklus lima tahunan untuk satu pemimpin. Proses demokrasi hanya alat untuk tujuan bernegara. Partai – partai politik, hanya perkakas demokrasi tidak lebih dari itu. Ketika sudah terpilih satu pemimpin – atas kesaksian semua bahwa itu berjalan adil - iya sudah, teruskan perjalanan ini. Lalu di mana susahnya melanjutkan negara ini?

Kesusahan itu muncul sepanjang pemimpin yang terpilih itu hanya ‘mengabdi’ untuk sepihak rakyat sesuai petunjuk dan restu kumpulan kecil orang yang mengongkosi singgasananya. Kumpulan kecil orang yang menernak pemimpin di manapun mereka berada, untuk menguasai bumi dan bulan bila perlu seluruh sistem tata surya. Pemimpin dalam tanda petik, sesuatu yang kedengarannya sangat menyedihkan untuk seterusnya menjadi olok – olok sejarah di waktu nanti. Diketawakan anak cucu cicit, di mana indahnya?

Lalu bagaimana dengan rakyat yang jadi pembenci? Kacamatanya kuda sekali, hanya mampu melihat sisi buruk pemimpin, tapi atas kebaikannya mereka buta tuli. Diminta solusi – solusinya mereka pura – pura bodoh. Kacamata kudanya hanya mengisyaratkan penyingkiran, bukan perbaikan. Ini rakyat sudah ditunggangi politik buruk.

Menggeser pemimpin dengan yang lainnya pada tujuan yang sama: untuk nantinya aman sentosa dan maju bersama, patut ada purbasangka di situ. Jangan – jangan bukan itu tujuannya, tapi demi meraih singgasana untuk diisi oleh tuannya. Sebuah tujuan jangka pendek yang kekanak – kanakan.

Jika pemimpin yang ada sekarang tidak mengena di hati, teruslah untuk membangun kritik – kritik konstruktif untuk tujuan perbaikan dan kepentingan bersama. Bukan membuat kebisingan kosong melompong. Jika memang tidak ada lagi yang bisa diperbaiki, bertahanlah menjelang siklus lima tahunan itu berakhir, gunakan prosedur demokrasi yang dapat diterima semua pihak.

Jangan hentikan di tengah jalan atau Anda ingin disebut makar. Lalu kemudian pilihlah pemimpin yang jauh lebih baik dari itu, bukan karena suka sama suka belaka. Semua orang sebaiknya mengawal kebenaran dengan akal budi, sehingga jauh dari ritual lepas pasang pemimpin untuk kepuasan artifisial, melainkan atas penyelamatan kepentingan bangsa dan negara.

Deadlock didefiniskan sebagai kebuntuan, di mana sekumpulan proses tidak dapat berjalan kembali atau tidak adanya komunikasi antar proses. Definisi lainnya yaitu sekumpulan proses yang terblok yang tiap proses tersebut memegang sumber daya dan menunggu untuk mendapatkan sumber daya yang dipegang oleh proses di dalam kumpulan tersebut.

Penyebab utama terjadinya deadlock adalah terbatasnya sumber daya yang akan digunakan oleh proses-proses. Tiap proses berkompetisi untuk memperebutkan sumber daya yang ada. Jadi deadlock berhubungan erat dengan tersedianya sumber daya. Demikian pengertian deadlock untuk sistem dalam perangkat komputer yang dipetik dari laman cheesterzone. Nah, kita adalah manusia yang tinggi nilainya, apakah selamanya ingin sederajat dengan perkakas? ~MNT







Comments