Oleh Muhammad Natsir Tahar
Kala ekspedisi Kapal Hitam Amerika oleh Komodor Matthew Perry
pertama kali mendarat di Jepang pada Juli 1853, negeri matahari terbit ini
menganggap ilmu pengetahuan dan teknologi hanya pertunjukan sihir. Bahkan negeri tertutup ini
menyebut orang asing dari Barat sebagai Namban yang berarti
Orang Barbar dari Selatan.
Restorasi Meiji (1868) membuat mereka melompat dari lelap panjang,
dan dengan sangat lahap menyerap seluruh kemajuan Barat. Revolusi Industri di
Eropa dan Amerika menggelinding bak bola salju hingga menjadi raksasa peradaban
saat tiba di negeri Asia Timur yang
sempat dicengkeram diktator militer Keshogunan Tokugawa ini.
Jepang adalah negeri yang banyak musibah di mana – mana akibat
alamnya tidak ramah. Muka buminya curam dan berbahaya untuk dihuni karena
risiko tanah longsor akibat gempa bumi, ditambah kondisi tanah yang lunak dan
sering ditimpa hujan lebat.
Pemusatan penduduk berada di pesisir namun di situ juga tidak aman karena
bahaya tsunami mengintai saban waktu. Gempa bumi dahsyat bukan barang langka
bagi negeri yang berada di atas Lingkaran Api Pasifik ini. Konflik politik dan
perang saudara menjadi bagian dari masa – masa kemurungan Jepang. Ia kemudian
menjadi catatan getir, betapa tidak nyamannya hidup di Jepang masa – masa itu.
Jepang lalu dibangkitkan oleh Amerika sehingga menjadi kuat secara
militer. Tapi kemudian ia menghabisi Asia secara fasis dan menjadi murid kurang
ajar bagi Amerika. Amerika yang membangkitkan, Amerika juga yang melumatkan
sehingga Negeri Sakura ini hampir seperti kiamat.
Sedikitnya 129.000 mayat terbujur memenuhi Nagasaki dan Hiroshima
oleh kedahsyatan senjata nuklir yang pertama dan satu – satunya di dunia. Pada
bulan-bulan seterusnya, banyak yang menyusul tewas karena luka bakar, efek
radiasi, dan cedera lain disertai sakit dan kekurangan gizi.
Seolah semuanya sehebat Samurai, bangsa Jepang yang terkenal
sangat tangguh dan berdisiplin tinggi itu tak mengenal kata mati. Bahkan ia
menjadi lebih kuat seperti sebelumnya, ibarat mutan yang menyerap energi
listrik dalam film – film fiksi, Jepang menyerap energi nuklir yang ditimpakan
kepada Nagasaki dan Hiroshima.
Sebelumnya ribuan saintis dan industrialis terbaik mereka dikirim ke Amerika
dan Eropa untuk belajar, dan ribuan saintis terbaik dari Amerika dan Eropa
didatangkan ke Jepang untuk membangun kapasitas teknologi dan industri di
negeri ini.
Dan setelah ditimpa bom atom, Jepang makin bersemangat untuk
mengadopsi sistem pendidikan terbaik di dunia. Mereka membuat terobosan dengan
mengadopsi sistem manajemen dari orang Amerika yang bahkan tidak dikenal di
Amerika sendiri.
Sistem itu – seperti ditulis Eko Laksono seorang pemerhati kota – bernama Total
Quality Management yang berasal dari ahli statistik bernama Edward
Deming. Jepang juga bahkan mengembangkan teknologi transistor dan robotik lebih
cepat dari Amerika sendiri. Pada tahun 1980, Sony telah menguasai Amerika, dan
perusahaan – perusahan otomotif-nya, Toyota dan Honda nyaris menghancurkan
Detroit.
Kunci akselerasi peradaban bukan hanya dari sistem pendidikan,
pembangunan sekolah dan perpustakaan, tapi juga oleh pengaruh pemimpinnya yang
menginspirasi anak bangsanya untuk menjadi pembelajar dengan impian yang besar
untuk kembali bangkit.
Singapura yang sempat berkembang di bawah pendudukan Inggris, di
awal kemerdekaannya pada tahun 1965, justru terancam kolaps dan tanpa sumber
air. Tak seorang pun yakin bahwa Singapura yang sangat kecil dan nyaris tak
punya kekayaan alam itu akan bisa survive sebagai sebuah
negara.
Tidak hanya bertahan, tapi negeri kecil ini membuat lompatan
perkasa. Ia seketika menjadi negara termaju, tersukses dan paling makmur di
dunia. Negeri ini isi perut buminya kosong, tapi mampu mengekspor keunggulan
strategi manajemen pengelolaan kotanya ke sejumlah negara maju.
Lee Kuan Yew – lepas dari catatan buruk sebagai penyingkir
pribumi- adalah ibarat mesin penyintas, di bawah komandonya, Singapura yang layu
kemudian memiliki kekuatan ekonomi pasar yang sangat maju, yang secara historis
berputar di sekitar perdagangan entrepot. Bersama Hongkong, Korea
Selatan dan Taiwan, Singapura adalah satu dari Empat Macan Asia.
Pemimpin bangsa lainnya seperti Park Chung-hee (Korea Selatan) dan
Lula da Silva (Brazil) adalah contoh negarawan yang bisa membingkaskan
bangsanya dari titik terpuruk menjadi salah satu bangsa yang ekonominya kuat di
dunia.
Lepas
dari kolonialisasi Inggris pada 1966, Bostwana hanya punya infrastruktur jalan
sepanjang 1,5 kilometer, namun ketika negeri Afrika yang terkurung oleh daratan
ini dikendalikan oleh Ketua Bamangwato dan Quett Masire sebagai presiden keduanya, Orang Botswana telah memiliki perkembangan tercepat di
dunia dalam standar hidup dan saat ini tercatat sebagai tempat safari paling
dahsyat dari benua hitam.
Meraka
berasal dari luluh lantak dan sumber daya alam yang tak dapat dibanggakan
(kecuali Bostwana yang kaya intan, namun sangat terpencil dan primitif),
berbeda jauh dengan kita bangsa Indonesia. Ketidaknyamanan dan keberantakan itu
tidak membuat mereka berhenti tapi tumbuh penuh pesona. Darinya tercipta
simfoni hebat seperti Fur Elise.
Ruangan sepi perabotan dan berantakan dan sebuah piano kecil seukuran
anak – anak telah dijadikan oleh Ludwig van Beethoven untuk menulis opera
pertama dan satu – satunya, Fidelio, serta komposisi pendek
yang manis berjudul Fur Elise.
Dia tahu dia akan tuli dan menderita karena kehilangan satu indera terpenting
dalam dunianya. Namun ketulian itu tak menganggu produktifitas kreatif Sang
Maestro. ~MNT
Comments