Umur Manusia dan Mufakat Bumi


\
Ilustrasi: https://cdn-media-2.lifehack.org


Oleh Muhammad Natsir Tahar

Bila setiap planet di jagad Tata Surya berpenghuni, jika antar planet bisa ditempuh secepat kilatan cahaya, kita mesti bersiap dengan kekagetan luar biasa tentang usia sendiri. Makhluk antar planet akan berdebat tak sudah tentang usia mereka sesungguhnya. Kendati mereka sama – sama menghitung waktu setahun dengan metode revolusi planet mengelilingi matahari.

Seseorang dari bumi yang berumur 25 tahun, jika ia tinggal di Pluto untuk waktu yang sama, maka ia adalah seorang bayi yang baru menginjak 1 bulan 6 hari. Satu tahun waktu Pluto lamanya sama dengan 248,2 tahun menurut ukuran waktu Bumi. Mari pergi ke Merkurius, maka ia segera menjadi seorang renta yang berusia 103 tahun lewat enam bulan. Satu tahun di sana hanya 88 hari.

Satu tahun di Mars lamanya sama dengan 687 hari atau 1,88 tahun ukuran Bumi. Satu tahun di Saturnus durasinya sama dengan 29 tahun 5 bulan. Venus membutuhkan waktu selama 243 hari sekali rotasi, sehingga satu hari di Venus lamanya adalah 243 hari ukuran waktu Bumi. Demikian seterusnya dan seterusnya, belum lagi bila kita menghitungnya dari tata surya matahari (bintang) lain. Bagaimana dengan galaksi lain, Andromeda, Black Eye, Centaurus dan seterusnya sampai miliaran yang di antaranya berjarak miliaran tahun cahaya pula.

Waktu adalah mufakat makhluk bumi sekaligus delusi bagi semesta. Waktu satu tahun di bumi - dengan mengambil kalender yang dirumus Dr Aloysius Lilius dari Napoli misalnya – berada dalam rentang 365 hari.

Sebagai waktu yang dibutuhkan oleh bumi berevolusi mengeliling matahari. Hampir semua penanggalan lainnya kini merujuk kepada kalender Masehi, kecuali kalender Hijriah yang mengambil perhitungan bulan mengelilingi bumi. Dalam Hijriah umur 25 tahun akan dihitung 25 tahun lebih tujuh bulanan, karena satu tahun dengan kalender Hijriah  lebih cepat 11 hari.

Di dalam kosmos-Nya, manusia hanyalah noktah super kecil yang bergerak super lambat. Andai 200 juta manusia yang rata – rata tingginya 195 sentimeter disambung – sambungkan, barulah mereka bisa membuat sebuah tangga untuk mencapai permukaan bulan. Padahal bumi dan bulan adalah jarak terdekat antara benda – benda galaksi.

Jika manusia ingin bertamasya dari ujung ke ujung galaksi Bima Sakti dengan kecepatan cahaya maka akan dibutuhkan waktu 100 ribu tahun, itu berarti membutuhkan seribu keturunan manusia yang rata – rata berumur seratus tahun, dalam perlawatan generasi yang sambung menyambung. Itu barulah dalam takaran sebuah galaksi, sedangkan seluruh jagad raya ini dihuni oleh miliaran galaksi.

Sebagai mikro kosmos super halus yang tinggal di bumi, sangat tidak pada layaknya manusia menjadi penantang yang nyata atas Super Kosmos, Tuhannya. Bahkan dalam lintasan peradaban beberapa orang sudah mengaku sebagai tuhan, beberapa lainnya hingga sekarang menyangkal Super Kosmos.

Mereka tak percaya kepada eksistensi Tuhan sebagai pengatur semesta. Atheisme tanpa Tuhan, sedangkan Sekulerisme menepikan Tuhan. Hampir serupa.

Raja – raja berkacak pinggang di antara jelata. Mereka merasa tak kan tergantikan dan tak ingin diganti. Berbagai jalan ditempuh untuk mempertahankan singgasana. Ia merasa titahnya selalu benar, jika terjadi disfungsi itu hanyalah bagian dari proses. Maka setiap upaya untuk melepas tahtanya, itu adalah kejahatan. Dia ingin biarlah umur yang menyudahinya, karena raja – raja mati, rakyat juga mati.

Soal umur, kita tak punya metode lain selain kalender Masehi agar semua penghuni bumi bersepakat dan tak kebingungan. Namun esensinya, umur adalah lintasan waktu untuk mencap, siapa yang lebih dahulu dan siapa yang belakangan. Bahwa malaikat – malaikat sangat sibuk, ada ribuan nyawa yang dijemput tiap hari dan ribuan lainnya diantar sebagai pemegang estafet pewaris bumi.

Dalam kitab sucinya, Tuhan berkata: Manusia tidak tinggal di bumi ini kecualinya hanya sebentar. Firman ini akan menemukan banyak pembuktian. Misalnya di Pluto kita hanya hidup beberapa bulan saja, apalagi di sisi Tuhan sang pemilik waktu hakiki.

Ilmu pengetahuan mencoba menerobos ilusi waktu ini dengan salah satunya twin paradox. Ini adalah eksprimen bayangan dalam Teori Relativitas Albert Einstein. Bila dua orang kembar, salah satunya melakukan perjalanan dengan roket super cepat dan kemudian kembali ke bumi, maka ia akan mendapatkan saudara kembarnya lebih tua dari dirinya sendiri.

Kita hidup dalam kabut misteri dan mestinya tak berhenti menduga esensi kebenaran. Bahwa mufakat  hanyalah mufakat, sebagai fakta rujukan, tapi itu bukan esensi. Ia bisa menjadi delusi bahkan ilusi. Ia bukanlah pijakan. Umur hanyalah angka – angka. Ulang tahun hanyalah basa basi. Tahun baru hanyalah waktu yang tepat untuk menyalakan kembang api dan lilin restorasi. Ingatlah planet bumi sudah berumur 4,54 miliar tahun, bukan 2017 tahun seperti tertulis pada kalender. ~MNT


Comments